Pesawat Jeju Air Diselidiki, Sering Alami Masalah Pendaratan!

Pemerintah Korea Selatan telah memutuskan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap maskapai penerbangan Jeju Air setelah rangkaian masalah yang berkaitan dengan roda pendaratan pesawatnya. Insiden-insiden tersebut semakin mencuat setelah kecelakaan tragis yang terjadi pada Minggu, 29 Desember, di mana sebuah pesawat bernomor penerbangan 7C2216 keluar dari landasan saat mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, mengakibatkan 179 nyawa melayang. Tindakan segera diambil menyusul ketidaknyamanan yang mengakibatkan kecelakaan ini, dengan Kementerian Perhubungan Korea Selatan berencana untuk menerapkan inspeksi keselamatan penerbangan yang lebih ketat.

Joo Jong-wan, kepala Kebijakan Penerbangan Kementerian Perhubungan, menegaskan, “Kami berencana menerapkan inspeksi keselamatan penerbangan yang ketat sebagai respons terhadap insiden ini.” Akibat dari insiden ini, tidak hanya pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut, tetapi juga pesawat Jeju Air lainnya terpaksa kembali ke Bandara Internasional Gimpo pada hari berikutnya akibat masalah roda pendaratan yang sama. Pesawat tersebut merupakan model Boeing B737-800, yang juga terlibat dalam kecelakaan sehari sebelumnya.

Berikut adalah rangkuman dari insiden-insiden terkait yang telah dilaporkan:

  1. Kecelakaan 29 Desember: Pesawat 7C2216 keluar dari landasan dan menabrak pagar di Bandara Muan.
  2. Masalah Roda Pendaratan pada 30 Desember: Pesawat yang berangkat dari Gimpo dipaksa kembali karena masalah roda pendaratan yang sama.
  3. Pemeriksaan Inspeksi: Kementerian Perhubungan mengirimkan inspektur keselamatan untuk menyelidiki situasi lebih jauh setelah laporan masalah yang berulang ini.
  4. Kerusakan pada Perekam Penerbangan: Salah satu dari dua perangkat perekam penerbangan yang ditemukan di lokasi kecelakaan mengalami kerusakan eksternal, yang kemudian dipindahkan untuk analisis lebih lanjut.
  5. Partisipasi NTSB: Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) juga akan berpartisipasi dalam penyelidikan, bersama dengan Boeing dan produsen mesin, CFM International.

Joo mencatat bahwa Jeju Air dikenal memiliki tingkat pemanfaatan pesawat yang tinggi, yang berarti pesawat sering digunakan dalam waktu yang lama. Hal ini mungkin menjadi faktor penyebab kecelakaan. Pengamat telah menggarisbawahi pentingnya mengevaluasi prosedur pemeliharaan dan pengoperasian maskapai untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Penyelidikan yang dilakukan akan meliputi berbagai aspek, termasuk model pesawat yang sering mengalami masalah dan pola pemeliharaan yang diterapkan. Jika ditemukan bahwa tingkat pemanfaatan yang tinggi menyebabkan penurunan kualitas keselamatan, maka Jeju Air mungkin harus menyesuaikan operasionalnya untuk meningkatkan keselamatan penumpang.

Kejadian-kejadian ini tidak hanya mengkhawatirkan bagi penumpang Jeju Air tetapi juga berdampak pada kepercayaan publik terhadap keselamatan penerbangan di Korea Selatan. Masyarakat dan penumpang diharapkan mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan pihak maskapai untuk memastikan bahwa keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama.

Pemeriksaan ini sejalan dengan tren global untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di tengah tantangan yang dihadapi industri aviasi. Sama seperti negara-negara lain, Korea Selatan bertujuan keras untuk mencegah tragedi seperti yang telah terjadi. Ke depan, perubahan mungkin dilakukan dalam regulasi yang mengatur operasional maskapai untuk meningkatkan keselamatan dan keandalan penerbangan di luar batasan yang ada. Keputusan ini sangat penting dalam menjaga keselamatan penumpang dan menghindari kerugian nyawa yang tidak perlu.

Exit mobile version