Sains

Warga AS Keluhkan TikTok Berbeda Usai Blokir Dibuka, Banyak Sensor!

Warga Amerika Serikat (AS) mengungkapkan keluhan terkait perubahan signifikan yang mereka alami setelah TikTok, platform media sosial yang populer, kembali beroperasi setelah sempat diblokir. Setelah keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mencabut larangan terhadap TikTok, pengguna di AS merasa platform tersebut kini terasa berbeda, dengan adanya tanda-tanda peningkatan moderasi konten dan penyensoran.

TikTok sebelumnya mengalami masa blokir di AS karena kekhawatiran bahwa perusahaan induknya yang berbasis di China, ByteDance, dapat menyalahgunakan data pribadi orang-orang di AS. Setelah pemblokiran tersebut dicabut, pengguna mulai melaporkan adanya pengurangan siaran langsung serta konten yang dihapus atau ditandai dengan tingkat yang lebih tinggi, bahkan untuk perilaku yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang wajar.

Menurut laporan dari Reuters yang dipublikasikan pada 26 Januari 2025, pengguna TikTok di AS merasa bahwa mereka kini melihat lebih sedikit kebebasan dalam menggunakan aplikasi. Beberapa pengguna melaporkan bahwa mereka mengalami moderasi yang lebih ketat, dengan hasil pencarian yang terbatas dan peringatan tentang informasi yang salah. Selain itu, ada juga laporan tentang penghapusan komentar yang memuat frasa-frasa tertentu, seperti “Free Palestine” dan “Free Luigi”, yang mengejutkan banyak pihak.

Pihak TikTok sendiri menanggapi keluhan ini dengan menekankan bahwa kebijakan dan algoritma mereka tidak mengalami perubahan. TikTok berupaya memulihkan layanan di AS ke kondisi normal seraya mengakui bahwa ada potensi ketidakstabilan sementara yang dapat memengaruhi fitur aplikasi dan akses pengguna. “Kami bekerja keras untuk memulihkan operasi kami di AS kembali normal,” ujar TikTok dalam pernyataannya.

Namun, keluhan masih terus bermunculan dari pengguna yang merasa bahwa pengalaman mereka saat menggunakan TikTok kini tidak lagi sama. Salah satu pembuat konten yang dikenal, Pat Loller, menceritakan pengalamannya ketika video satir yang ia buat terkait reaksi Elon Musk di acara pelantikan ditandai sebagai informasi yang salah. Loller mengungkapkan keterbatasan yang dialaminya dalam membagikan video tersebut, yang telah ditonton lebih dari satu juta kali, menciptakan rasa ketidakpuasan di kalangan kreator konten.

Lisa Cline, seorang pengguna TikTok lainnya, juga menceritakan frustasinya saat mencoba mengunggah video yang mengkritik Trump. Cline menyatakan, "Saya mencoba mengunggah ini enam kali ke TikTok dan tidak mengizinkan saya karena penyensoran." Cline merasa bahwa platform tersebut mulai menyensor konten yang dianggap kritis terhadap figur-figur publik.

Pengguna lain, Danisha Carter, mengalami hal serupa. Akun TikTok-nya ditangguhkan secara permanen setelah larangan dibuka, dengan pemberitahuan bahwa akun tersebut melanggar beberapa kebijakan. Hal ini menambah kekhawatiran di antara pengguna bahwa TikTok mungkin semakin ketat dalam menerapkan kebijakan moderasi konten mereka.

Dalam konteks yang lebih luas, keputusan Trump untuk membuka kembali TikTok menandai upaya untuk memulihkan kebebasan berbicara di platform media sosial. Namun, tampaknya apa yang diharapkan oleh pengguna berbeda dengan realitas yang mereka hadapi saat menggunakan aplikasi tersebut.

Untuk mengenali dampak dari perubahan ini, beberapa poin yang dapat dipertimbangkan oleh pengguna TikTok kehilangan kebebasan berekspresi:

  1. Moderasi Konten yang Ketat: Pengguna melaporkan peningkatan dalam moderasi konten dan penghapusan video yang dianggap melanggar pedoman.

  2. Penyensoran Pencarian: Hasil pencarian yang lebih terbatas, dengan lebih banyak peringatan tentang misinformasi.

  3. Komentar Dihapus: Frasa-frasa tertentu yang berpotensi sensitif mulai dihapus dari platform.

  4. Pengalaman Kreator yang Terkendala: Pembuat konten mengalami kendala dalam membagikan karya mereka, yang berisiko ditandai atau dibatasi.

  5. Kekhawatiran Berlanjut: Pengguna terus merasa khawatir bahwa kebijakan baru mungkin semakin membatasi kebebasan mereka di platform.

Ketidakpuasan ini mencerminkan pergeseran yang signifikan dalam dinamika media sosial di AS, di mana pengguna kini harus beradaptasi dengan kebijakan yang lebih ketat dan pengawasan yang lebih intensif terhadap konten yang mereka buat dan bagikan.

Spada adalah portal berita yang menghadirkan berbagai informasi pembelajaran lintas kategori dengan gaya penyajian yang sederhana, akurat, cepat, dan terpercaya.

Berita Terkait

Back to top button