Istilah “masokis” kini sering digunakan dalam berbagai konteks, baik lisan maupun tulisan, dan seringkali disalahpahami. Masokisme, yang berasal dari nama Leopold von Sacher-Masoch, seorang penulis Austria abad ke-19, merujuk pada kondisi di mana seseorang mendapatkan kenikmatan seksual melalui rasa sakit atau penghinaan. Dalam konteks ini, masokisme meliputi penderitaan baik fisik maupun emosional yang dialami oleh individu yang berperilaku masokis, yang dapat membahayakan diri mereka sendiri maupun pasangan mereka.
Definisi Masokis
Masokisme adalah jenis kelainan seksual yang termasuk dalam kategori parafilia. Ini mencakup dorongan dan hasrat kuat untuk merasakan kepuasan melalui pengalaman menyakitkan atau merendahkan diri. Penderita biasanya terlibat dalam perilaku yang bersifat brutal, baik melalui tindakan menyakiti diri sendiri maupun penganiayaan yang dilakukan oleh pasangan. Masokisme bisa terwujud dalam berbagai cara, seperti mengikat diri, dicambuk, atau diberi penghinaan verbal.
Perlu dicatat bahwa masokisme dapat berevolusi menjadi aktivitas yang sangat berbahaya. Salah satu contoh perilaku berisiko dalam masokisme adalah hipoksifilia, di mana pengidap merasakan rangsangan seksual dari kurangnya oksigen, yang sering kali dapat memicu kematian.
Gejala Masokis
Tanda-tanda atau gejala seseorang yang mengidap masokisme dapat diidentifikasi dengan beberapa ciri berikut:
- Fantasi seksual yang tajam dan berulang tentang berbagai bentuk tindakan menyakitkan, yang berlangsung setidaknya enam bulan.
- Kelainan seksual ini dapat menyebabkan dampak negatif dalam aspek kehidupan, baik sosial maupun profesional.
Penyebab Masokis
Sebenarnya, penyebab pasti dari masokisme tidak memiliki konsensus yang jelas. Namun, beberapa teori dapat membantu menjelaskan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perilaku ini:
1. Trauma
Pengalaman trauma di masa kecil, terutama yang berkaitan dengan pelecehan seksual, dapat menjadi penyebab utama. Teori psikoanalitis mencatat bahwa trauma ini dapat berlanjut menjadi penyimpangan seksual ketika individu tumbuh dewasa, di mana mereka mungkin mencari pengalaman sakit yang terlebih dahulu dialami.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan sekitar, khususnya pola pengasuhan dalam keluarga, dapat memainkan peran penting. Keluarga yang sering melakukan kekerasan dapat berdampak negatif pada perkembangan anak, menjadikannya lebih mungkin mengembangkan perilaku masokis.
3. Kekerasan Seksual
Pengalaman buruk yang melibatkan kekerasan, baik fisik maupun seksual, dapat menyebabkan individu menginternalisasi pengalamannya dan mengubahnya menjadi perilaku masokis. Ada hubungan yang erat antara trauma dan perilaku masokis yang kadang sulit dipisahkan.
4. Pelarian
Beberapa orang dengan perilaku masokistik mungkin melakukannya sebagai cara pelarian dari permasalahan hidup yang dihadapi. Fantasi dan perilaku ini memberikan mereka rasa kontrol dan pelarian dari kenyataan.
5. Fantasi Seksual
Fantasi seksual yang menyimpang dapat merangsang dorongan masokis. Aktivitas seksual yang tertekan atau terlarang mampu meningkatkan hasrat seseorang untuk berperilaku masokis.
Pengobatan Bagi Pelaku Masokis
Meski perilaku masokis dapat menjadi tantangan bagi individu, ada pendekatan pengobatan yang bisa membantu mereka. Meskipun banyak orang enggan mencari bantuan profesional, terapi yang tepat dapat meringankan kondisi ini.
Psikoterapi
Psikoterapi adalah langkah pertama dalam pengobatan masokisme. Terapi jenis ini bertujuan untuk membongkar dan mengatasi penyebab yang mendasari perilaku tersebut. Terapi kognitif menjadi sangat berguna dalam memperbaiki pemikiran negatif yang mungkin terkait dengan masokisme dan meningkatkan empati terhadap pasangan.
Obat-Obatan
Pengobatan dapat mencakup penggunaan obat untuk menurunkan tingkat testosteron atau antidepresan yang dapat membantu mengontrol gairah seksual. Penggunaan obat-obatan ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter agar efektivitas dan keamanan tetap terjaga.
Masokis Menjadi Kelainan Seksual yang Mengancam Nyawa
Fenomena masokisme seringkali ditampilkan dalam media hiburan, seperti film yang mengangkat tema BDSM, namun penting untuk diingat bahwa masokisme bisa berbahaya. Penggunaan kekerasan dalam seks dapat menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian. Hal ini menjadi perhatian karena masokisme dapat melibatkan perilaku ekstrem seperti asfiksiasi auteorotik, di mana individu berisiko membahayakan nyawanya sendiri atau orang lain dalam pencarian kepuasan seksual.
Informasi ini memberikan pemahaman tentang masokisme, memperjelas bahwa meskipun perilaku ini terdengar menarik bagi sebagian orang, ia memiliki risiko besar yang tidak boleh diabaikan. Pendidikan seksual yang baik penting untuk memahami dan mengatasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh perilaku seksual yang menyimpang ini.