Apa yang pertama kali muncul di pikiran ketika mendengar istilah design thinking? Mungkin bagi sebagian orang, konsep ini identik dengan inovasi dan kreativitas. Sebenarnya, design thinking adalah proses sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan fokus pada kepentingan pengguna. Dalam artikel ini, kita akan mendalami pengertian, tahapan, dan contoh penerapan design thinking untuk memahami bagaimana metode ini dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang.
Apa Itu Design Thinking?
Design thinking adalah suatu pendekatan dalam pemecahan masalah yang menekankan pada pemahaman pengguna, menantang asumsi, dan menciptakan solusi yang inovatif. Menurut “Interaction Design Foundation”, design thinking adalah proses berulang untuk mendalami pengguna dan mendefinisikan masalah. Sementara itu, “Career Foundry” mendeskripsikannya sebagai ideologi untuk memecahkan masalah kompleks sambil menekankan pada kebutuhan pengguna. Jadi, design thinking merupakan kombinasi antara pendekatan kognitif, kreatif, dan praktis untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Prinsip utama dalam design thinking adalah menempatkan pengguna sebagai fokus utama. Metode ini juga memungkinkan para pengembang untuk lebih memahami konteks pengguna melalui analisis, penemuan masalah, pembuatan ide, pembuatan sketsa, hingga pengujian prototipe. Penting untuk dicatat bahwa design thinking memberikan ruang bagi kegagalan, yang merupakan bagian dari proses pembelajaran menuju inovasi.
Karakteristik Design Thinking
Terdapat beberapa karakteristik yang selalu dapat ditemui dalam design thinking:
- Berbasis Solusi atau People-Centered: Design thinking berfokus pada kebutuhan pengguna, sehingga sangat penting untuk memahami masalah yang mereka hadapi dan menawarkan solusi yang efektif.
- Hands-On: Proses prototyping memungkinkan ide-ide dituangkan dalam bentuk produk nyata, memungkinkan evaluasi dan pengujian langsung.
- Highly Creative: Kegiatan ini menuntut kreativitas untuk menghasilkan solusi baru yang menarik bagi pengguna.
- Dilakukan Secara Berulang atau Iterative: Design thinking adalah proses non-linear, yang berarti tahapan-tahapannya dapat dilaksanakan secara bersamaan atau diulang untuk memperbaiki hasil.
Proses dalam Design Thinking
Design thinking biasanya terdiri dari lima tahapan utama, yang tidak harus dilakukan secara urut. Tahapan ini adalah:
1. Empathize
Tahap ini menekankan pada penempatan diri pada posisi pengguna untuk memahami kebutuhan dan harapan mereka. Interaksi langsung dengan pengguna dapat membantu memperoleh wawasan yang lebih mendalam.
2. Define
Setelah mengumpulkan informasi dari pengguna, tahap ini melibatkan analisis data untuk mengidentifikasi masalah yang perlu dipecahkan. Merumuskan problem statement yang jelas sangat penting dalam tahap ini.
3. Ideate
Dengan masalah yang telah didefinisikan, tahap selanjutnya adalah menghasilkan ide-ide kreatif sebagai solusi. Brainstorming dan teknik kreatif lainnya dapat digunakan untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan.
4. Prototype
Di tahap ini, ide-ide terbaik akan dituangkan ke dalam bentuk prototipe. Prototipe ini dapat berupa sketsa, model, atau versi awal produk yang dapat diuji dan dievaluasi.
5. Test
Tahap testing bertujuan untuk menguji prototipe yang telah dibuat. Proses ini memberikan umpan balik yang berharga, sehingga memungkinkan perbaikan lebih lanjut. Seperti yang telah disebutkan, design thinking tidak berhenti pada tahap ini; jika diperlukan, tahapan sebelumnya dapat diulang untuk memperbaiki hasil.
Contoh Penerapan Design Thinking: Studi Kasus Gojek
Salah satu contoh sukses penerapan design thinking dapat dilihat pada Gojek, perusahaan yang mulai merintis usahanya di Indonesia. Pendiri Gojek, Nadiem Makarim, merespons masalah kemacetan di Jakarta yang mengganggu mobilitas masyarakat. Nadiem merasakan kebutuhan akan transportasi alternatif yang efisien, dan dia juga melihat bahwa para tukang ojek sering mengalami kesulitan dalam mencari penumpang.
1. Empathize
Nadiem menganalisis fenomena ini dari perspektif pengguna dan tukang ojek. Dia memahami bahwa keduanya membutuhkan solusi untuk masalah mobilitas yang dihadapi.
2. Define
Dia melanjutkan dengan menjelaskan masalah tersebut: “Masyarakat membutuhkan transportasi alternatif untuk menghindari kemacetan, dan tukang ojek butuh kepastian penghasilan.” Ini menciptakan pemahaman yang jelas tentang permasalahan yang ingin dipecahkan.
3. Ideate
Nadiem mulai merumuskan ide, salah satunya adalah menciptakan platform yang menghubungkan penumpang dengan tukang ojek secara lebih efektif.
4. Prototype
Nadiem memulai dengan mengembangkan sebuah call center yang melibatkan 20 ojek konvensional. Respons positif masyarakat menjadi langkah awal bagi pengembangan lebih lanjut.
5. Test
Gojek meluncurkan aplikasi Go-Ride untuk menguji penerimaan masyarakat. Sejak saat itu, jumlah pengemudi meningkat drastis, menandakan keberhasilan inovasi yang dihasilkan dari proses design thinking.
Melalui penerapan design thinking, Gojek berhasil bukan hanya sebagai solusi transportasi, tetapi juga sebagai platform yang menciptakan berbagai layanan lain seperti pengantaran barang dan makanan. Dengan begitu, kita dapat melihat bagaimana design thinking tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga membuka peluang baru dalam bisnis.