Asosiasi dan pelaku usaha di Indonesia tengah berupaya menekan jumlah perokok baru dengan memastikan bahwa produk tembakau alternatif hanya dijual kepada kalangan tertentu. Dalam langkah ini, Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) telah mengumumkan komitmennya untuk menjual produk tersebut hanya kepada konsumen dewasa, agar ikke terjadi peningkatan jumlah perokok yang berisiko. Sekretaris Jenderal APVI, Garindra Kartasasmita, menyampaikan bahwa seluruh anggota asosiasi akan mematuhi peraturan dan regulasi yang berlaku dalam penjualan produk. "Kami berkomitmen untuk hanya menjual produk kepada konsumen dewasa dan tidak menjual kepada yang di bawah umur," ujarnya.
Komitmen serupa juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Vaper Indonesia (AVI), Johan Sumantri. Ia menekankan pentingnya memberi informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif yang hanya diperuntukkan bagi individu berusia 18 tahun ke atas dan perokok aktif yang ingin beralih dari kebiasaan merokok. Dia juga menyoroti perlunya membedakan hak-hak konsumen pengguna produk tembakau alternatif dengan perokok biasa dalam aturan kawasan tanpa rokok.
Sementara itu, Selandia Baru menjadi salah satu contoh negara yang serius dalam mengurangi angka perokok dengan pendekatan berbasis regulasi yang berfokus pada produk tembakau alternatif. Pemerintah Selandia Baru menargetkan menjadi negara bebas asap rokok pada tahun 2025, melalui implementasi regulasi yang mendukung pemanfaatan produk tembakau dengan risiko kesehatan yang lebih rendah. Direktur Action on Smoking and Health Foundation (ASH) Selandia Baru, Ben Youdan, menjelaskan bahwa setelah pengenalan produk tembakau alternatif, angka perokok dewasa mulai menunjukkan penurunan. "Ini merupakan perubahan jelas yang menunjukkan bahwa penggunaan produk tembakau alternatif makin meningkat dalam mengurangi jumlah perokok," ungkapnya.
Pengalaman Selandia Baru menunjukkan bahwa meskipun pemerintah sebelumnya mengalami kesulitan dalam mencapai target mengurangi perokok dewasa menjadi 10% pada tahun 2018, pengenalan produk tembakau alternatif berhasil menurunkan tingkat perokok hingga 6,86%. Dalam diskusi publik di The E-Cigarette Summit UK 2024, Youdan menggambarkan bahwa pengenalan produk tersebut menawarkan pilihan yang lebih sehat bagi perokok untuk beralih dari kebiasaan buruk mereka.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, pemerintah Selandia Baru telah meluncurkan program pembagian peralatan rokok elektronik gratis bagi perokok yang ingin mencoba beralih dari produk tembakau konvensional. Hal ini menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat dan dorongan untuk mengurangi jumlah perokok aktif. Namun, langkah ini juga diiringi dengan kewaspadaan terhadap pertumbuhan pengguna produk tembakau alternatif di kalangan remaja.
Strategi yang diterapkan oleh Selandia Baru dapat menjadi contoh bagi Indonesia dalam upaya menekan angka perokok. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil berdasarkan kebijakan Selandia Baru yang telah terbukti efektif:
Regulasi yang Ketat: Penegakan aturan yang ketat terkait penjualan produk tembakau alternatif kepada kalangan dewasa.
Pendidikan dan Informasi: Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko kesehatan dari merokok dan manfaat beralih ke produk tembakau alternatif.
Insentif untuk Beralih: Menyediakan peralatan atau akses ke produk tembakau alternatif secara gratis atau dengan harga terjangkau untuk mendorong perokok beralih.
Pengawasan Terhadap Usia Pengguna: Memastikan bahwa produk tembakau alternatif tidak dijual kepada individu di bawah umur.
- Pendekatan Berbasis Kebijakan Kesehatan Publik: Mengintegrasikan program-program yang mendukung kesehatan masyarakat dalam kampanye pengurangan perokok.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat melihat penurunan signifikan dalam angka perokok, sejalan dengan komitmen dari asosiasi dan pelaku usaha serta mendukung regulasi kesehatan publik yang lebih komprehensif.